Sri Mulyani berbicara di hadapan DPD RI soal tarif Trump dan lemahnya Bank DuniaSri Mulyani ungkap kondisi global tidak stabil akibat lemahnya WTO dan Bank Dunia

Sri Mulyani Sebut Bank Dunia dan WTO Ompong Hadapi Tarif Trump yang Timbulkan Perang Dagang

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kekhawatiran serius atas lemahnya peran lembaga-lembaga multilateral dunia seperti WTO, PBB, IMF, dan Bank Dunia dalam menghadapi kebijakan sepihak seperti tarif impor tinggi yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI, Rabu (9/7/2025), Sri Mulyani menyebut situasi ekonomi global kini mirip dengan periode sebelum Perang Dunia II, di mana kekuatan negara besar dapat memaksakan kehendaknya tanpa melalui mekanisme internasional.

“Hari-hari ini peranan dari lembaga-lembaga multilateral itu menjadi sangat lemah atau tidak dihormati,” ujar Sri Mulyani.

Tarif Trump Ancam Stabilitas Global

Presiden Trump telah mengumumkan kebijakan tarif impor sebesar 32% terhadap Indonesia, efektif mulai 1 Agustus 2025. Tarif ini lebih tinggi dari tarif yang dikenakan terhadap negara lain seperti Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan yang dikenai masing-masing sebesar 25%.

Kebijakan ini menjadi pemicu ketidakpastian dan memicu perang dagang global. Sri Mulyani menyebut lembaga internasional gagal merespons secara efektif terhadap kebijakan sepihak tersebut.

Prediksi Suram dari IMF Sri Mulyani dan Bank Dunia

Lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global:

  • IMF memproyeksikan pertumbuhan global 2025 hanya 2,8% dan 3% di tahun 2026
  • Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan hanya 2,3% di 2025 dan 2,4% di 2026

“Inilah realitas yang sedang kita hadapi. Dulu negara bisa tumbuh bersama, sekarang satu negara sejahtera bisa berarti negara lain dikorbankan,” kata Sri Mulyani menambahkan.

Kondisi Mirip Sebelum Perang Dunia II

Sri Mulyani menilai situasi ini mencerminkan kemunduran dalam semangat kerja sama global. Ia menyoroti lemahnya sistem penyelesaian sengketa global, khususnya oleh WTO dan organisasi lainnya.

“Saat lembaga multilateral menjadi ompong, maka risiko invasi militer, ketegangan ekonomi, dan perang dagang akan makin sering terjadi,” ujarnya.

Kesimpulan

Pernyataan Sri Mulyani menjadi sinyal peringatan bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya bahwa ketergantungan terhadap mekanisme internasional kini tidak cukup. Dibutuhkan diplomasi bilateral yang kuat dan langkah-langkah strategis untuk melindungi kepentingan nasional di tengah gejolak global yang semakin kompleks.

Ikuti terus perkembangan kebijakan ekonomi global hanya di Ekonomi Global Hari Ini.

By y7uxp